Minggu, 17 Februari 2013

Aku seorang muslimah hijrah


Aku mau sedikit cerita tentang pengalam hidup ku.
Kebetulan ini di ketik juga karena aku mengikuti kompetisi menulis di suatu komunitas muslimah.
Bukan untuk mengharap apa-apa dari mengikuti kompetisi tersebut, tapi lebih kepada ingin sharing masalah pengalaman dan berharap orang yg membaca nya bisa mengambil hikmah walaupun mungkin memang tidak begitu banyak dan bisa menjadikan pelajaran untuk ke depannya harus seperti apa :D


Aku seorang muslimah hijrah


Tidak pernah ada kata menyerah untuk terus belajar dan tidak pernah ada kata terlambat untuk terus berusaha menjadi lebih baik. Itu lah yg menjadi prinsip ku saat ini. Mungkin dahulu ketika masa-masa muda aku pernah mengalami hal-hal yg sebenarnya tak ku inginkan, tetapi ketika semakin bertambahnya umur dan bertambahnya juga nilai kedewasaan, aku semakin berpikir untuk berusaha menjadi manusia yg lebih baik dan pastinya bisa bermanfaat untuk orang lain.

Aku mau berbagi sedikit pengalaman ku. Semua berawal ketika aku memasuki masa-masa muda di SMA (Sekolah Menengah Atas). Sebenarnya aku tidak masuk ke SMA tapi aku masuk ke sekolah kejuruan yg lebih banyak lelakinya dibanding perempuan, atau biasa lebih dikenal dengan STM.

Aku masuk kesana karena memang keinginan ku sendiri, bukan dari paksaan orangtua atau mengikuti teman. Kenapa aku lebih milih masuk ke STM? Karena aku berpikir bahwa jika aku masuk ke SMA yg notabene jumlah perempuan dan lelaki nya sebanding, membuat ku sangatlah tidak nyaman dan memang pada saat itu kondisi ekonomi keluarga ku tidak memungkinkan untuk aku bisa melanjutkan ke jenjang berikutnya setelah SMA (kuliah).

Begitu banyak hal-hal yang terjadi ketika aku memasuki masa bersekolah di STM. Mulai dari bergaul dengan banyak teman lelaki, sampai ketika aku menggunakan hijab untuk pertama kalinya. Memang kondisinya pada saat sekolah disana, setiap perempuan wajib mengikuti ekstra kulikuler keputrian (rohis untuk perempuan).

Aku berhijab untuk pertama kalinya ketika memasuki tingkat 2 dan itu pun awalnya sebenarnya juga karena terpaksa. Terpaksa karena sudah terlajur berjanji dengan seorang teman.

Sebenarnya waktu berumur 9 tahun, aku sudah pernah berhijab tetapi mungkin kondisinya pada saat itu karena masih kecil dan belum mengerti apa-apa, jadi ketika berumur 12 tahun (atau lebih tepatnya lulus SD) aku melepas hijab karena memang masih iri dengan teman-teman yg lain. Waktu jaman itu, kadang aku suka iri dengan teman-teman yg rambutnya bisa dikuncir, dikepang atau hanya sekedar diberi penghias jepitan.

Kembali ke jaman sekolah tingkat 2, aku berhijab pun juga awalnya karena pada saat itu ada seorang teman perempuan (seorang aktivis keputrian) yg tiba-tiba memberikan aku sebuah hijab (jilbab). Bukan hanya itu saja, ada juga seorang aktivis rohis (seorang lelaki atau ikhwan) yg tiba-tiba juga memberikan aku sebuah buku kecil yg judulnya “1001 alasan mengapa harus berjilbab”. Dari situ aku mulai berpikir, apa mereka sengaja melakukan ini semua? Mengapa bisa secara bersamaan mereka memberikan aku sebuah hadiah itu? Dan mungkin karena masih muda, emosi masih suka labil, timbul pro kontra dalam diri aku (antara ingin berhijab dan tidak berhijbab).

Sebelumnya aku pun meminta ijin dengan kedua orangtua ku, boleh atau tidak aku berhijab. Dan alhamdulillah, ijin dari bapak sudah ku dapatkan tetapi ketika meminta ijin ke ibu, beliau membuatku agak sedikit ragu. Sekali lagi ibu meyakinkan ku apakah aku sudah mantap dengan keputusan ku saat itu karena ibu tidak ingin aku seperti dulu yg sudah berhijab tetapi aku lepas lagi. Tetapi setelah aku berpikir dan yakin dengan keputusan ku saat itu, mulai lah aku berhijab.

Kondisi pada saat setelah berhijab membuatku menjadi nyaman karena pada saat itu sudah jarang lelaki (lebih sering kakak kelas yg lelaki) yg terlihat menggoda atau sekedar menyapa. Dan aku pun kemudian diberikan amanah dari sekolah untuk membantu teman-teman keputrian dalam hal kepengurusan musholla di sekolah.

Dari situlah awalnya aku belajar tentang islam. Aku jadi sering ikut liqo dan ta’lim. Dan bahkan pernah ikut demo membela palestine sewaktu sedang gencar-gencar perang melawan israel. Pokoknya aku belajar tentang banyak hal.

Tetapi setelah lulus sekolah dan memasuki dunia kerja, semua hal yg aku pelajari itu seakan hilang begitu saja.

Aku mulai dekat dengan beberapa orang lelaki dan bahkan berpacaran dengan salah satu dari mereka. Dan aku pun jadi mulai sering gonta ganti pacar. Putus dengan yg ini, jadian dengan yg itu. Tidak hanya itu saja, aku jadi lebih suka jalan ke mall atau bahkan sekedar nongkrong di cafe hingga larut malam dengan teman-teman. Padahal jika di pikir-pikir, tiada guna melakukan itu semua. 

Sampai suatu hari, aku di sidang dengan semua anggota keluarga ku (karena memang posisi nya aku sebagai anak terkahir) karena aku ketauan berbohong oleh kedua orangtua ku. Aku bilang ingin pergi dengan teman-teman, tetapi besoknya aku keceplosan ngomong kalau aku pergi dengan seorang lelaki. Di situ aku di tanya satu-persatu dengan semua anggota keluarga dan kemudian diberikan nasehat bahwa sebenarnya tidak baik bila seperti itu. Dan setelah kejadian itu, aku pun berjanji untuk tidak mengulangi hal tersebut (berbohong pada orangtua).

Suatu hari, aku berpacaran dengan seorang lelaki yg memang kebetulan tempat tinggalnya tidak terlalu jauh dengan rumah ku. Jadi jika aku berangkat atau pulang kerja, aku sering dianter jemput dengannya.

Tidak lama aku jadian dengan dia, Bapak ku sakit stroke dan harus dirawat beberapa hari di rumah sakit. Dengan setia, dia mengantar dan menjemput aku ke rumah sakit. Bahkan sempat menjenguk dan membawakan makanan untuk Bapak. Setelah kejadian itu, dia pun jadi lebih sering bertemu dengan keluarga ku dan aku berpikir mungkin dia yg akan menjadi pilihan terakhir ku untuk berpacaran karena aku sudah mulai jenuh menjalani hubungan pacaran tersebut (kelak suatu saat bisa menikah dengannya).

Tetapi kenyataannya tidak seperti itu. Ternyata Bapak tidak setuju jika aku dengannya dan sampai sekarang pun, aku tidak pernah tau mengapa Bapak tidak setuju dengannya. Beliau hanya  memberikan alasan karena Beliau  lebih tau yg terbaik untukku (padahal sebelum berpacaran dengannya, Bapak tidak pernah sekalipun berkomentar apa-apa dengan cowok yg sebelum dia). Dan dari semua cowok yg pernah aku pacarin, hanya dia yg paling baik. Tidak pernah menuntut aku untuk bisa jadi apa yg dia inginkan karena memang dia begitu tulus menyayangi ku, makanya aku sempat punya pikiran untuk bisa menikah dengannya dan dia pun begitu.

Tapi ada satu hadist yg isinya “Ridho Allah itu Ridho nya orangtua juga”. Maka dari itu, setelah tau kalau Bapak tidak setuju jika aku dengannya, aku mulai agak sedikit menjauh dari dia. Aku yg biasa nya mau di anter jemput kerja dengannya, jadi jarang mau dengan alasan ingin mandiri dan tidak ketergantungan dengannya. Dan sikap ku pun mulai berubah jadi agak dingin dengannya. Sejujurnya aku benar-benar tidak suka dengan kondisi seperti itu, tapi apalah daya? Aku tidak bisa berbuat apa-apa karena aku memang sangat menghargai keputusan orangtua ku.

Dan hingga akhirnya kami pun putus dengan alasan karena sikap ku berubah dan aku di sangka selingkuh. Padahal jelas-jelas tidak ada satu bukti pun yg mengarah ke hal itu. Tapi aku sudah terlajur yakin dengan pilihan ku untuk memutuskan hubungan tersebut, makanya aku terima keputusannya. Padahal jelas-jelas aku tidak terima dengan keputusannya yg dia bilang bahwa aku selingkuh.

Beruntungnya setelah kejadian itu, aku menjadi followersnya ustad Felixsiauw di twitter. Dari ustad dijelaskan dengan sejelas-jelasnya dan seterang-terangnya tentang bahaya nya berpacaran dan memang ternyata aku pun mengalaminya. Dari situ pun aku mulai berprinsip bahwa aku tidak akan mau berpacaran lg setelah nanti tiba saatnya untuk menikah.

Tidak hanya itu saja, perlahan-lahan aku pun mulai memperbaiki cara berhijab dan berpakaian ku. Dulu mungkin karena awalnya aku agak terpaksa memakai hijab tersebut, antara tidak tulus dan tidak ikhlas juga, jadi mungkin terkesan agak asal-asalan. Tetapi sekarang setelah mengerti dan memahaminya, insyaAllah semua bermulai dari hati dan semata-mata karena untuk Allah.

Tapi dari situ di mulai lah beberapa ujian serta tantangannya. Orang-orang yg dulu pernah mencoba untuk mendekati dan bahkan sudah menjauh, tiba-tiba mulai berdatangan lagi dan meminta untuk menjalin hubungan seperti yg dulu. Atau bahkan yg sekedar ingin bermain-main dengan perasaan ini.
Dan sekali lagi, hampir saja hati ini sempat tergoyah dan jatuh untuk ke sekian kalinya, tetapi ternyata Allah masih sayang pada ku. Satu persatu mereka mulai menjauh karena setelah tau apa alasan ku untuk tidak mau berpacaran.

Hingga suatu hari di dunia per-twitter-an, aku menemukan suatu akun milik teteh @pewski yg isinya adalah tentang muslimah hijrah. Setelah aku baca twitter dan blog nya, ternyata isinya subhanallah banget, membuatku sangat terharu dan makin yakin untuk menjadi muslimah hijrah, muslimah yg terus belajar untuk berusaha menjadi lebih baik.

Dan akhirnya aku pun menjadi anggota #GreatMuslimah dan datang ke acara #1stGathGMIDJKT. Bertemu dengan orang-orang yg memiliki tujuan serta keinginan yg sama untuk menjadi lebih baik lagi ternyata menyenangkan. Saling share ilmu serta saling mengingatkan satu sama lain.

Dan lagi-lagi bersyukur dengan segala nikmat yg telah Allah berikan. Ternyata cinta yg Dia berikan begitu besar, aku pun tidak mau lagi untuk menyia-nyia kan rasa cinta-Nya tersebut dan berjanji untuk berusaha menjadi orang yg lebih baik dan lebih bermanfaat untuk orang lain :)

Rabu, 06 Februari 2013

Mensyukuri Hujan


Hujan, banjir,  fenomena ini yang sedang kita alami, kita coba syukuri dengan tulisan dibawah ini semoga bermanfaat

  

Pembentukan Hujan
 

Proses terbentuknya hujan masih merupakan misteri besar bagi orang-orang dalam waktu yang lama. Baru setelah radar cuaca ditemukan, bisa didapatkan tahap-tahap pembentukan hujan..

Pembentukan hujan berlangsung dalam tiga tahap. Pertama, "bahan baku" hujan naik ke udara, lalu awan terbentuk. Akhirnya, curahan hujan terlihat.

Tahap-tahap ini ditetapkan dengan jelas dalam Al-Qur’an berabad-abad yang lalu, yang memberikan informasi yang tepat mengenai pembentukan hujan,

"Dialah Allah Yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendakiNya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya; maka, apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambaNya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira" (Al Qur'an, 30:48)

Kini, mari kita amati tiga tahap yang disebutkan dalam ayat ini.

TAHAP KE-1: "Dialah Allah Yang mengirimkan angin..."

Gelembung-gelembung udara yang jumlahnya tak terhitung yang dibentuk dengan pembuihan di lautan, pecah terus-menerus dan menyebabkan partikel-partikel air tersembur menuju langit. Partikel-partikel ini, yang kaya akan garam, lalu diangkut oleh angin dan bergerak ke atas di atmosfir. Partikel-partikel ini, yang disebut aerosol, membentuk awan dengan mengumpulkan uap air di sekelilingnya, yang naik lagi dari laut, sebagai titik-titik kecil dengan mekanisme yang disebut "perangkap air".


TAHAP KE-2: “...lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal..."

Awan-awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekeliling butir-butir garam atau partikel-partikel debu di udara. Karena air hujan dalam hal ini sangat kecil (dengan diamter antara 0,01 dan 0,02 mm), awan-awan itu bergantungan di udara dan terbentang di langit. Jadi, langit ditutupi dengan awan-awan.


TAHAP KE-3: "...lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya..."

Partikel-partikel air yang mengelilingi butir-butir garam dan partikel -partikel debu itu mengental dan membentuk air hujan. Jadi, air hujan ini, yang menjadi lebih berat daripada udara, bertolak dari awan dan mulai jatuh ke tanah sebagai hujan.

Semua tahap pembentukan hujan telah diceritakan dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Selain itu, tahap-tahap ini dijelaskan dengan urutan yang benar. Sebagaimana fenomena-fenomena alam lain di bumi, Al-Qur’an memberikan penjelasan secara runtut dan benar mengenai fenomena ini dan juga telah mengumumkan fakta-fakta ini kepada orang-orang pada ribuan tahun sebelum ditemukan oleh ilmu pengetahuan.

 Dalam sebuah ayat, informasi tentang proses pembentukan hujan dijelaskan:
 

"Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan- gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan." (Al Qur'an, 24:43)

 

Pembentukan Hujan Es

 Para ilmuwan yang mempelajari jenis-jenis awan mendapatkan temuan yang mengejutkan berkenaan dengan proses pembentukan awan hujan. Terbentuknya awan hujan yang mengambil bentuk tertentu, terjadi melalui sistem dan tahapan tertentu pula. Tahap-tahap pembentukan kumulonimbus, sejenis awan hujan, adalah sebagai berikut:

TAHAP - 1, Pergerakan awan oleh angin: Awan-awan dibawa, dengan kata lain, ditiup oleh angin.

 TAHAP - 2, Pembentukan awan yang lebih besar: Kemudian awan-awan kecil (awan kumulus) yang digerakkan angin, saling bergabung dan membentuk awan yang lebih besar.

 TAHAP - 3, Pembentukan awan yang bertumpang tindih: Ketika awan-awan kecil saling bertemu dan bergabung membentuk awan yang lebih besar, gerakan udara vertikal ke atas terjadi di dalamnya meningkat. Gerakan udara vertikal ini lebih kuat di bagian tengah dibandingkan di bagian tepinya. Gerakan udara ini menyebabkan gumpalan awan tumbuh membesar secara vertikal, sehingga menyebabkan awan saling bertindih-tindih. Membesarnya awan secara vertikal ini menyebabkan gumpalan besar awan tersebut mencapai wilayah-wilayah atmosfir yang bersuhu lebih dingin, di mana butiran-butiran air dan es mulai terbentuk dan tumbuh semakin membesar. Ketika butiran air dan es ini telah menjadi berat sehingga tak lagi mampu ditopang oleh hembusan angin vertikal, mereka mulai lepas dari awan dan jatuh ke bawah sebagai hujan air, hujan es, dsb. (Anthes, Richard A.; John J. Cahir; Alistair B. Fraser; and Hans A. Panofsky, 1981, The Atmosphere, s. 269; Millers, Albert; and Jack C. Thompson, 1975, Elements of Meteorology, s. 141-142)

Kita harus ingat bahwa para ahli meteorologi hanya baru-baru ini saja mengetahui proses pembentukan awan hujan ini secara rinci, beserta bentuk dan fungsinya, dengan menggunakan peralatan mutakhir seperti pesawat terbang, satelit, komputer, dsb. Sungguh jelas bahwa Allah telah memberitahu kita suatu informasi yang tak mungkin dapat diketahui 1400 tahun yang lalu.