Senin, 24 September 2012

Goresan Pena


Akhi rasanya aku telah menemukan kekasih yang jauh lebih baik darimu. Yang tidak pernah mengantuk dan tak pernah tidur. Yang siap terus menerus Memperhatikan dan Mengurusku. Yang selalu bersedia berduaan di sepertiga terakhir malam. Yang siap memberi apapun yang kupinta. Ia yang Bertahta, Berkuasa, dan Memiliki segalanya.

Maaf akhi, tapi menurutku kau bukan apa-apa dibanding Dia, kau sangat lemah, kecil, dan kerdil dihadapannNya. Ia berbuat apa saja sekehendakNya kepadamu. Dan, akhi, aku khawatir apa yang telah kita lakukan selama ini membuatNya cemburu. Aku takut, hubungan kita selama ini membuatNYa murka. Padahal ia Maha Kuat, Maha Gagah, Maha Perkasa, Maha Keras siksaNya.

Akhi, belum terlambat untuk bertaubat, apa yang telah kita lakukan selama ini pasti akan ditanyakan olehNya. Ia bisa marah Akhi. Marah tentang saling pandang yang pernah kita lakukan, marah karena setitik sentuhan kulit kita yang belum halal itu, marah karena suatu ketika dengan terpaksa aku harus dibonceng motormu, marah karena pernah ketetapanNya ku adukan padamu atau tentang lamunanku yang selalu membayangkan wajahmu. Ia bisa marah. Tapi sekali lagi semua belum terlambat. Kalau kilta memutuskan hubungan ini sekarang, semoga ia mau memaafkan dan mengampuni. Akhi, ia Maha Pengampun Maha Pemberi Maaf, Maha Penerima taubat, Maha Penyayang, Maha bijaksana.

Akhi, jangan marah ya. Aku sudah memutuskan untuk menyerahkan cinta ku padaNya, tidak pada selainNya. Tapi tak cuma aku, akhi. Kau pun bisa menjadi kekasihNya, kekasih yang amat dicintai dan dimuliakan. Caranya satu, kita harus jauhi semua larangan2Nya. Termasuk soal hubungan kita ini. InsyaAllah, dia punya rencana yang indah untuk masa depan kita masng-masing kalau engkau selalu berusaha menjaga diri dari hal-hal yang di benciNYa, kau pasti akan dipertemukan dengan seorang wanita Shalihah. Ya, wanita shalihah yang pasti jauh lebih baik dari diriku saat ini. Ia yang akan membantu menjaga agamamu, agar hidupmu senantiasa dalam kerangka mencari Ridho Allah dalam ikatan penikahan yang sah inilah doaku untukmu, semoga kau pun mendoakanku, akhi.

Akhi, aku akan segera menghapus namamu dari memori masa lalu yang salah arah ini. Tapi, aku akan tetap menghormatimu sebagai saudara di jalan Allah. Ya, saudara di jalan Allah, Akhi. Itulah ikatan terbaik. Tak hanya, antara kita berdua, tapi seluruh orang mukmin di dunia. Tak mustahil itulah yang akan mempertemukan kita dengan Rasulullah di telaganya, lalu beliau pun memberi minum kita dengan air yang lebih manis dari madu, lebih lembut dari susu, dan lebih sejuk dari krim beku.

Maaf akhi. Tak baik rasanya aku berlama-lama menulis surat ini. Aku takut ini merusak hati. Goresan pena terakhir ku di surat ini adalah doa keselamatan dunia akhirat sekaligus tanda akhir dari hubungan haram kita, Insya Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar